Riset Imunoterapi, Terobosan BRIN untuk Pengobatan Kanker

Minggu 12-10-2025,05:02 WIB
Reporter : Esnoe Wardhana
Editor : Esnoe Wardhana

Sulbar, Disway.id – Imunoterapi menjadi salah satu terobosan paling menjanjikan dalam pengobatan kanker modern. Pendekatan ini tidak hanya berfokus pada penghancuran sel kanker secara langsung, tetapi juga mengoptimalkan sistem imun tubuh agar mampu mengenali dan melawan sel ganas secara efektif.

“Imunoterapi kanker adalah revolusi dalam dunia onkologi. Pendekatan ini tidak hanya menyerang sel kanker, tetapi juga mengaktifkan mekanisme alami tubuh,” kata Kepala Organisasi Riset Kesehatan - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ni Luh Putu Indi Dharmayanti, dalam webinar bertajuk “From Bench to Bedside: Advances and Challenges in Cancer Immunotherapy”, Rabu, 8 Oktober 2025.

Indi menegaskan pentingnya sinergi antarbidang ilmu untuk menghadirkan terapi imun yang efektif dan berkeadilan. “Tantangannya adalah bagaimana menjembatani hasil riset dengan penerapan klinis, agar terapi ini dapat diakses lebih luas oleh masyarakat,” ujarnya.

Peneliti Pusat Riset Biomedis BRIN, Bugi Ratno Budiarto, menerangkan, melalui pendekatan multiomics dan analisis bioinformatika, dia menemukan keterkaitan antara mekanisme perbaikan DNA (DNA Damage Response/DDR) dengan aktivitas sel T sitotoksik (CD8) yang berperan penting dalam menyerang tumor. “Ketika sel imun menghadapi stimulasi antigen berulang, muncul kondisi ‘kelelahan’ yang justru memicu aktivasi protein DDR, seperti ATR dan ATM,” ujar Bugi.

Menariknya, lanjut dia, ketika proses diferensiasi menuju kelelahan ini dihambat melalui inhibitor DDR, aktivitas molekul efektor seperti TNF-α dan interferon meningkat signifikan. "Artinya, pengaturan jalur DDR dapat menjadi strategi baru menjaga daya serang sel imun terhadap tumor,” jelasnya.

Temuan tersebut memperkuat pemahaman tentang bagaimana sistem imun beradaptasi terhadap stres seluler dan membuka peluang pengembangan terapi kombinasi berbasis modulasi DDR.

Bugi juga menguraikan hasil riset lanjutannya menggunakan multiplex spatial proteomics, yang menunjukkan bahwa sel CD8 dengan tanda kelelahan justru berinteraksi aktif dengan sel imun lain di mikro-lingkungan tumor.

"Analisis spasial memperlihatkan bahwa posisi dan interaksi antarsel di dalam tumor sama pentingnya dengan jumlah sel imun. Keduanya memengaruhi prognosis pasien dan respons terhadap imunoterapi,” tambahnya.

Kepala Pusat Riset Biomedis BRIN, Sunarno, menegaskan kekuatan riset biomedis terletak pada dampak nyatanya bagi masyarakat.

“Perjalanan imunoterapi dari laboratorium ke rumah sakit mencerminkan esensi sains translasi. BRIN berkomitmen memastikan riset biomedis memberikan solusi konkret yang meningkatkan kualitas hidup manusia,” tegasnya.

Sementara itu, Edi Setiawan Tehuteru, dari Rumah Sakit Mayapada Tangerang, berbagi pengalaman klinis terapi imun dan transplantasi sel punca, yang memberikan hasil signifikan dalam meningkatkan angka kesembuhan pasien leukemia anak di Indonesia.

Sedangkan Senior Consultant Malaysia Association for Cell and Gene Therapy, Lim Teck Onn, menyoroti perkembangan terapi genetik yang memanfaatkan sel imun tubuh (CAR-T cell) untuk mengenali dan menghancurkan sel abnormal.

Imunoterapi, yang kini menjadi fokus global, membuka harapan baru terhadap penyakit yang selama ini sulit ditangani dengan terapi konvensional.

Melalui kegiatan ini, BRIN menegaskan perannya dalam memperkuat riset biomedis nasional dan membangun ekosistem kolaborasi internasional. Upaya itu sejalan dengan visi BRIN untuk menjadikan riset kesehatan sebagai fondasi inovasi dan kemandirian bangsa di bidang bioteknologi.

“Dengan penguasaan ilmu dan teknologi, kita dapat mengubah tantangan menjadi peluang dan menjadikan riset sebagai motor penggerak kesehatan bangsa,” pungkas Indi.

Kategori :